Rumah Gadang Sumpur Dikonservasi
Pascaterbakar, Lima Rumah Mulai Dibangun
Padang Ekspres • Senin, 21/04/2014 11:29 WIB • Redaksi • 385 klik
Sumpur, Padek—Lima
dari 80 Rumah Gadang di Nagari Sumpur, Jorong Nagari, Kecamatan
Batipuh Selatan, Kabupaten Tanahdatar yang terbakar Mei 2013 lalu,
kembali dikonservasi Minggu (20/4).Konservasi rumah gadang di Nagari Sumpur ini dalam rangka peringatan Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day) yang jatuh setiap tanggal 18 April.
Prosesi awal dimulai dengan memilah batang kayu yang digunakan untuk tonggak tuo, dilanjutkan dengan menebang, maelo kayu dari rimbo, mancacah, marakik dan batagak tunggak tuo.
Rumah gadang milik Etek Nuraini dari suku Panyalai menjadi yang pertama dibangun, sedangkan keempat rumah gadang lainnya akan menyusul setelah rumah gadang Etek Nuraini selesai.
Upaya konservasi kelima rumah gadang ini melibatkan semua pemangku adat, Forum Kampuang Minang Nagari Sumpur dan Ikatan Keluarga Sumpur (IKES), serta dimotori pusat studi konservasi arsitektur (pusaka) Universitas Bung Hatta dan didukung oleh Utomo Foundation, Badan Pelestari Pusaka Indonesia (BPPI), Pemkab Tanahdatar, dan Yori Antar.
Sebelum prosesi batagak tunggak tuo dilaksanakan, proses panjang dengan meminta ijin kepada keluarga besar dilakukan dengan disaksikan wali nagari, para datuk dan ninik mamak serta perangkat adat lainnya dilakukan sebanyak 18 kali.
Hal ini dilakukan agar konservasi yang dilaksanakan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari dan kerapatan adat juga dapat mengawal prosesnya secara baik dan benar. Tak hanya melakukan konservasi terhadap rumah gadang warisan budaya Minangkabau, kegiatan ini juga membangkitkan kembali semangat gotong-royong dan kearifan lokal yang hampir ditinggalkan.
Tak hanya kembali membangun lima rumah gadang yang hangus terbakar, upaya dan inisiatif yang dilakukan para perantau yang tergabung dalam Ikatan Kelurga Sumpur (IKES) dan masyarakat Sumpur ini juga akan menjadikan Nagari Sumpur sebagai warisan budaya yang berpotensi menjadi salah satu tujuan wisata budaya dunia.
“Batagak tuo di Nagari Sumpur ini baru merupakan langkah awal dari konservasi yang kita lakukan bersama, masih ada empat rumah gadang lainnya yang nanti akan kita bangun bersama guna menjaga kelestarian warisan budaya,” ucap, Eko Alvares, ketua Pusat Studi Konservasi Arsitektur UBH, kemarin.
“Yang jelas apa yang diupayakan ini merupakan sumbangsih terhadap pelestarian rumah adat di Minangkabau,” tambahnya.
Menurut Badan Pelestari Pusaka Indonesia kegiatan konservasi ini juga merupakan salah satu agenda tahunan yang sudah memasuki Dekade III Gerakan Pusaka Indonesia 2014-2023 dan juga dalam rangka peringatan Hari Pusaka Dunia. “Dengan berjalannya kegiatan ini, harapan ke depan Pemerintahan Kabupaten Tanahdatar dapat berperan aktif dalam jaringan kota Pusaka Indonesia (JKPI) melalui Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Indonesia agar bera-gam pusaka yang dimiliki baik pusaka alam, pusaka budaya maupun pusaka saujana dapat terjaga dengan baik,” ungkap Catrini Pratihari, Direktur Eksekutif BPPI.
Sementara itu, Novesman Datuak Bagindo Majo Lelo, tukang tuo menyebutkan, ia bersama dengan enam rekannya dipercayai membangun kembali rumah gadang milik Etek Nuraini. Untuk bahan materialnya, rumah gadang kali ini menggunakan jenis kayu jua yang hanya ada dan tumbuh di Kabupaten Tanahdatar. Kayu jua merupakan kayu yang hampir mirip dengan kayu jenis ulin, namun kayu jua lebih kokoh dan kuat dan tak mudah dimakan rayap. Rumah Gadang milik Etek Nuraini dibangun dengan ukuran 17,2 meter x 7,80 meter, memiliki enam buah kamar dengan total ketinggian hingga gonjong mencapai 10,47 meter.
Sebelumnya, lima rumah gadang habis di lalap si jago merah. Rencana menjadikan kawasan ini sebagai cagar budaya dan salah satu tujuan wisata budaya duniapun tertunda, namun dengan semangat yang tinggi untuk membangkitkan nilai budaya, pembangunan inipun terlaksana. (pl1)