Eko Alvares Z

Senin, 28 April 2014

Rumah Gadang Sumpur Dikonservasi
Pascaterbakar, Lima Rumah Mulai Dibangun

Padang Ekspres • Senin, 21/04/2014 11:29 WIB • Redaksi • 385 klik
Sumpur, Padek—Lima dari 80 Rumah Gadang di Nagari Sum­pur, Jorong Nagari, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Ta­nah­datar yang terbakar Mei 2013 lalu, kembali dikonservasi Ming­gu (20/4).

Konservasi rumah gadang di Nagari Sumpur ini dalam rangka peringatan Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day) yang jatuh setiap tanggal 18 April.

Prosesi awal dimulai dengan memilah batang kayu yang di­gu­na­kan untuk tonggak tuo, di­lan­jut­kan dengan menebang, maelo kayu dari rimbo, manca­cah, ma­ra­kik dan batagak tunggak tuo.

Rumah gadang milik Etek Nuraini dari suku Panyalai men­ja­di yang pertama dibangun, sedangkan keempat rumah ga­dang lainnya akan menyusul setelah rumah gadang Etek Nu­rai­ni selesai.

Upaya konservasi kelima ru­mah gadang ini melibatkan se­mua pemangku adat, Forum Kam­puang Minang Nagari Sum­pur dan Ikatan Keluarga Sumpur (IKES), serta dimotori pusat studi konservasi arsitektur (pusaka) Universitas Bung Hatta dan didu­kung oleh Utomo Foundation, Badan Pelestari Pusaka Indonesia (BPPI), Pemkab Tanahdatar, dan Yori Antar.

Sebelum prosesi batagak tu­ng­gak tuo dilaksanakan, proses panjang dengan meminta ijin kepada keluarga besar dilakukan dengan disaksikan wali nagari, para datuk dan ninik mamak serta perangkat adat lainnya dila­ku­kan sebanyak 18 kali.

Hal ini dilakukan agar konser­vasi yang dilaksanakan tidak me­nim­bulkan masalah dikemudian hari dan kerapatan adat juga dapat mengawal prosesnya seca­ra baik dan benar. Tak hanya melakukan konservasi terhadap rumah gadang warisan budaya Minangkabau, kegiatan ini juga membangkitkan kembali sema­ngat gotong-royong dan kearifan lokal yang hampir ditinggalkan.

Tak hanya kembali memba­ngun lima rumah gadang yang hangus terbakar, upaya dan inisi­a­tif yang dilakukan para perantau yang tergabung dalam Ikatan Kelurga Sumpur (IKES) dan ma­sya­rakat Sumpur ini juga akan menjadikan Nagari Sumpur seba­gai warisan budaya yang berpo­ten­si menjadi salah satu tujuan wisata budaya dunia.

“Batagak tuo di Nagari Sum­pur ini baru merupakan langkah awal dari konservasi yang kita lakukan bersama, masih ada em­pat rumah gadang lainnya yang nanti akan kita bangun bersama guna menjaga kelestarian wari­san budaya,” ucap, Eko Alvares, ketua Pusat Studi Konservasi Arsitektur UBH, kemarin.

“Yang jelas apa yang diupaya­kan ini merupakan sumbangsih terhadap pelestarian rumah adat di Minangkabau,” tambahnya.

Menurut Badan Pelestari Pu­sa­ka Indonesia kegiatan konser­vasi ini juga merupakan salah satu agenda tahunan yang sudah memasuki Dekade III Gerakan Pusaka Indonesia 2014-2023 dan juga dalam rangka peringatan Hari Pusaka Dunia. “Dengan berjalannya kegiatan ini, harapan ke depan Pemerintahan Kabupa­ten Tanahdatar dapat berperan aktif dalam jaringan kota Pusaka Indonesia (JKPI) melalui Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Indonesia agar bera­-gam pusaka yang dimiliki baik pusaka alam, pusaka budaya mau­­pun pusaka saujana dapat terjaga dengan baik,” ungkap Catrini Pratihari, Direktur Ekse­kutif BPPI.

Sementara itu, Novesman Datuak Bagindo Majo Lelo, tu­kang tuo menyebutkan, ia bersa­ma dengan enam rekannya diper­ca­yai membangun kembali ru­mah gadang milik Etek Nuraini. Untuk bahan materialnya, rumah gadang kali ini menggunakan jenis kayu jua yang hanya ada dan tumbuh di Kabupaten Tanah­datar. Kayu jua merupakan kayu yang hampir mirip dengan kayu jenis ulin, namun kayu jua lebih kokoh dan kuat dan tak mudah dimakan rayap. Rumah Gadang milik Etek Nuraini  dibangun dengan ukuran 17,2 meter x 7,80 meter, memiliki enam buah ka­mar dengan total ketinggian hing­ga gonjong men­capai 10,47 meter.

Sebelumnya, lima rumah ga­dang habis di lalap si jago merah. Rencana menjadikan kawasan ini sebagai cagar budaya dan salah satu tujuan wisata budaya dunia­pun tertunda, namun dengan se­ma­ngat yang tinggi untuk mem­­bang­kitkan nilai budaya, pem­bangunan inipun terlaksana. (pl1)


Tidak ada komentar: